Masjid Al-Aqsa di Palestine dikenali oleh umat Muslim dan dunia pada umumnya. Bukan semata mata kerana keadaan yang sedang dialami atas tindakan yahudi oleh penjajahan Israel. Namun lebih dari itu, adalah kerana adanya beberapa keutamaannya menurut Al-Quran dan Al-Hadits.
1. Masjid Al-Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam.
Masjidil Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam, sebelum Allah memerintahkan mengubah arah qiblat dari Masjid Al-Aqsa Palestine ke Masjid Al-Haram di Makkah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam shalat menghadap Masjid Al-Aqsa, sewaktu berada di Makkah sebelum Hijrah hingga hijrah ke Madinah selama lbh kurang 16 bulan. Kemudian atas perintah Allah swt beliau shalat menghadap Ka’bah (Masjid Al-Haram) Makkah.
Di dalam hadits disebutkan sebagai berikut :
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا حَتَّى نَزَلَتْ الْآيَةُ الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ…
Artinya : Dari Al-Bara bin ‘Azib berkata, “Saya solat bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas bulan, hingga turun ayat di dalam Surah Al-Baqarah WAHAITSU MA KUNTUM FAWALLAU WUJUHAKUM SYATROH…” (H.R. Bukhari).
Al baqarah 144:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Artinya : “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu memandang ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.
Masjid Qiblatain merupakan masjid tempat di mana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menerima perintah pemindahan arah kiblat itu. Maka disebut Masjid Qiblatain artinya masjid dua kiblat.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, solat menghadap Baitul Maqdis (Al-Aqsa), setelah hijrah ke Madinah mendapatkan sambutan hangat dari kaum Yahudi, karena mereka juga beribadah menghadap ke Baitul Maqdis. Mereka menganggap bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengikuti kiblat dan cara beribadah mereka.
Walhal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat berharap agar kiblat kaum Muslimin diubah ke arah Ka’bah, kiblat Nabi Ibrahim dan Ismail, rumah pertama yang dibangun untuk mentauhidkan Allah.
Berkali-kali beliau memandang wajah ke langit, mengharap agar Allah menurunkan wahyu perihal kiblat. Harapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini dikabulkan oleh Allah dengan perintah pemindahan kiblat tersebut.
2. Masjid Al-Aqsa adalah Masjid Kedua yang diletakkan Allah di muka bumi
Di dalam sebuah hadits disebutkan, pertanyaan Abu Dzar RA:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلُ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ يَعْنِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ قُلْتُ كَمْ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً
Artinya : “Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?” Beliau bersabda, “Al-Masjid Al-Haram”. Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda, “Kemudian Al-Masjid Al-Aqsa”. Berkata Abu Mu’awiyah “Yakni Baitul Maqdis” . Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa lama antara keduanya?”. Beliau menjawab, “Empat puluh tahun”. (HR Ahmad dari Abu Dzar).
Masjid Al-Aqsa diletakkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sejak zaman Nabi Adam ‘Alaihis Salam. Kawasan tanah sekitar Masjid Al-Aqsa juga termasuk ke dalam kawasan masjid tersebut. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam shalat di tanah itu, bahagian Masjid Al-Aqsa.
Ibnul Qayyim Al-Jauzy menyebutkan, Masjid Al-Aqsa dibangun kembali oleh cucu Nabi Ibrahim AS, yakni Nabi Ya`qub bin Ishaq bin Ibrahim AS. Keturunan berikutnya, Nabi Daud AS cicit Nabi Yaacob AS membangun semula masjid itu.
Bangunan Masjid Al-Aqsa diperbaharui oleh putera Nabi Daud ‘Alaihis Salam, yakni Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam.
Mereka para nabi utusan Allah membangun kembali Masjid Al-Aqsa adalah untuk tempat ibadah mendirikan solat di dalamnya, bukan mendirikan kuil synagog seperti seperti tuntut oleh Zionis Yahudi.
3. Masjid Al-Aqsa Tempat Ziarah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW
Tentang anjuran yang sangat untuk berziarah Masjid Al-Aqsa disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits :
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ
Artinya : “Tidak dikerahkan melakukan suatu
perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjidil Aqsa)”. (H.R.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Berdasarkan hadits ini, Masjid Al-Aqsa merupakan tempat kunjungan yang mulia. Maka sangat dianjurkan untuk berziarah ke sana, shalat di dalamnya, dan mengetahui secara mendalam tentangnya.
Begitu mulianya berziarah ke masjid Al-Aqsa tersebut, hampir seluruh sahabat utama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berkunjung ke sana di antaranya ialah Saidina Umar bin Khattab RA semasa menjadi Khalifah, Abu Hurairah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar, Abdullah bin ‘Abbas, Abu Ubaidah bin Jarrah,Mu’az bin Jabbal, Bilal bin Rabah, Khalid bin Al Walid, Abu Dzar Al-Ghiffari, Salman Al-Farisi, Abu Darda, Abu Mas’ud Al-Anshari, Amr bin ‘Ash, Abdullah bin Salam, Said bin Zaid, Murrah bin Ka’ab, Abdullah bim Amr bin Ash, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Auf bin Malik, Ubadah bin Shamit, Sa’id bin Al-Ash, dan Shafiyah isteri Rasulullah.
Di kalangan ‘ulama dari kalangan tabi’in dan tokoh-tokoh ahli fiqih terkenal pernah berziarah ke Masjid Al-Aqsa, diantaranya ialah Imam Asy-Syafi’i yg lahir di Gaza, beberapa puluh kilometer dari Baitul Maqdis (Al-Aqsa), pada bulan Rajab tahun 150 H (766 M.).
Ulama lainnya, Imam Al-Ghazali. Semasa hidupnya, pada tahun 489 H, Imam Al-Ghazali masuk kota Damascus, Syria, dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis (Al-Aqsa) di Palestine.
Demikian pula, Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolani (773-852 H), penyusun Kitab Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari dan Kitab Bulughul Maram min Adillatil Ahkam.Ia lahir di Asqalani, sebuah kota yang masuk dalam wilayah Palestine, dekat Ghuzzah. Semasa hidupnya, Syeikh Ibnu Hajar di samping ke Baitul Maqdis (Al-Aqsa), juga bersilaturrahim ke banyak kota-kota di Palestine, seperti Nablus, Khalil, Ramalah dan Ghuzzah. Beliau bertemu dengan para ulama di tempat-tempat tersebut dan mengambil manfaat dari mereka.
Rabiah Al-Adawiyah yang dikenal sebagai wanita sufi, lahirkan di Basrah (Iraq), dan wafatnya tahun 135 Hijriyah, pada usia 80 tahun, dikatakan beliau dimakamkan di Baitul Maqdis (Al-Aqsa).
Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, yang tidak mau tersenyum semasa hidupnya, sebelum Baitul Maqdis (Al-Aqsa) dibebaskannya dan akhirnya dapat membebaskan Masjidil Aqsa.
Saat ini, ramai kaum Muslimin dari berbagai penjuru dunia, yang melaksanakan Umrah dan Ziarah Masjidil Aqsa, yaitu melakukan perjalanan ibadah Umrah ke Baitullah di Makkah Al-Mukarramah, kemudian berziarah ke makam Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu dilanjutkan berziarah ke Al-Aqsa. Atau ke Al-Aqsa dulu, baru kemudian ke Madinah dan Makkah.
4. Shalat di Masjid Al-Aqsa pahala Ratusan Hingga Seribu Kali ganda
Ada beberapa hadits yang menyebutkan keutamaan pahala shalat di Masjid Al-Aqsa. Ada yang menyebutkan 1000 kali, 500 kali lebih baik daripada shalat di masjid lain, selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Hadits yang menyebutkan shalat di Masjid Al-Aqsha lebih utama 1000 kali dibandingkan shalat di masjid lain,:
أَنَّ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ أَرْضُ الْمَنْشَرِ وَالْمَحْشَرِ ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ فَإِنَّ صَلَاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ
Artinya : “Sesunggunya Maimunah pembantu Nabi berkata, “Ya Nabi Allah, berilah kami fatwa tentang Baitul Maqdis”. Maka Rasulullah menjawab, “Bumi tempat bertebaran dan tempat berkumpul. Datangilah ia, maka shalatlah di dalamnya, karena sesungguhnya shalat di dalamnya seperti seribu kali shalat dari shalat di tempat lain”. (HR Ahmad).
Hadits yang menyebutkan bahwa shalat di Masjid Al-Aqsha lebih utama 500 kali dibandingkan shalat di masjid lain berasal dari Abu Dzar, yaitu :
الصلاة في المسجد الحرام بمائة ألف صلاة، والصلاة في مسجدي، بألف صلاة، والصلاة في بيت المقدس بخمس مائة صلاة
Artinya : ”Sholat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali ganda daripada sholat di masjid-masjid lainnya. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama seribu kali ganda. Dan sholat di Masjidil Aqsa lebih utama lima ratus kali ganda.” (HR Ahmad dari Abu Darda).
Adapun hadits yang menyebutkan bahwa shalat di Masjid Al-Aqsa lebih utama 250 kali dibandingkan shalat di masjid lain, iaitu :
تَذَاكَرْنَا وَ نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَيُّهُمَا أَفْضَلُ, مَسْجِدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أو مَسْجِدُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : صلاة في مَسْجِدِيْ هذا أَفْضَلُ مِنْ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ فِيْهِ وَ لَنِعْمَ الْمُصَلَّى وَ لَيُوُشِكَنَّ أَنْ لاَ يَكُوْنَ لِلَّرَجُلِ مِثْلُ شَطَنِ فَرَسِهِ مِنَ اْلأَرْضِ حَيْثُ يُرَى مِنْهُ بَيْتُ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيْعًا أَوْ قَالَ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا .
Artinya : “Kami saling bertukar fikiran tentang mana yang lebih utama, masjid Rasulullah SAW atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Satu SOLAT di masjidku lebih utama dari empat solat padanya, dan ia adalah tempat solat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kandang kudanya dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seluruhnya”, atau ,”lebih baik dari dunia seisinya”. (HR Ath-Thabrani dan Al-Hakim).
Kesemuanya tidaklah saling bertentangan tentunya. Namun saling melengkapi dan menandakan tingkatan kelebihan pahala shalat di Masjid Al-Aqsa
5. Masjid Al-Aqsa Berlakunya Isra’-Mi’raj Nabi
Masjidil Aqsa merupakan masjid kedua tempat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam singgah sebelum Mikraj
Pada sebuah hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, bahwa Rasulullah bersabda:
أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ قَالَ ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ
Artinya: “Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari baghal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya. Beliau bersabda lagi: “Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis. Beliau bersabda lagi: “Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan solat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar.” (HR Muslim).
6. Nabi Sulaiman membangunkan semula Masjid Al-Aqsa untuk Beribadah
Ini seperti disebutkan di dalam hadits tentang Nabi Sulaiman bin Daud AS yang pernah membangun semula Baitul Maqdis sebagai tempat berdoa dan beribadah kepada Allah.
أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – خِلَالاً ثَلَاثَةً؛ سَأَلَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – : حُكْماً يُصَادِفُ حُكْمَهُ، فَأُوتِيَهُ، وَسَأَلَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – مُلْكاً لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ، فَأُوتِيَهُ، وَسَأَلَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – حِيْنَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إلَّا الصَّلَاةُ فِيْهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (فِي رِوَايَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُوْنَ قَدْ أُعطِيَ الثَّالِثَةَ(
Artinya : ”Sesungguhnya ketika Nabi Sulaiman bin Daud membangun semula Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah ’azza wa jalla tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah ’azza wa jalla agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukum-Nya, lalu dikabulkan; dan meminta kepada Allah ’azza wa jalla dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan; serta memohon kepada Allah bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat di situ, kecuali agar dikeluarkan kesalahannya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya (dalam riwayat lain : Lalu Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Adapun yang kedua, maka telah diberikan. Dan aku berharap, yang ketiga pun dikabulkan)”. (HR An-Nasa’i).
7. Masjid Al-Aqsa Negeri Para Nabi
Anbia’ utusan Allah, ramai diturunkan di kawasan Masjid Al-Aqsa Palestine dan sekitarnya. Sehingga jejak-jejak langkah kaki para Nabi utusan dalam berdakwah meng Esakan Allah, mengajak manusia menyembah dan beribadat kpd Allah, terukir abadi di negeri para Nabi, Al-Aqsa Palestine.
Hal itu juga dibuktikan dengan peninggalan sejarah Islam dengan adanya maqam para Nabi utusan Allah, seperti : maqam Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, maqam Nabi Musa ‘Alaihis Salam, maqam Nabi Daud ‘Alaihis Salam, maqam Nabi Yunus ‘Alaihis Salam dan maqam Nabi Ishak ‘Alaihis Salam Maqam Nabi Yaacob AS Maqam Nabi Yusof AS.
Bahkan pada waktu Isra Mi’raj, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengimami shalat jama’ah bersama 124,000 para anbia’ di kawasan Masjid Al-Aqsa dan yang berkunjung ke Masjid Al-Aqsa, maka di situlah jejak para Nabi pernah shalat dan bersujud kepada Allah.
Di dalam hadits disebutkan :
رأيت ليلة أسري بي موسى، رجلا آدم، طوالا جعدا، كأنه من رجال شنوءة، ورأيت عيسى رجلا مربوعا، مربوع الخلق إلى الحمرة والبياض، سبط الرأس، ورأيت مالكا خازن النار، والدجال، في آيات أراهن الله إياه: {فلا تكن في مرية من لقائه}). قال أنس وأبو بكرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم: (تحرس الملائكة المدينة من الدجال).
Artinya: “Pada malam aku diisra’kan aku telah melihat Musa, seorang lelaki berkulit sawo matang, tinggi, seakan-akan dia adalah lelaki Suku Syanu’ah. Dan aku telah melihat ‘Isa, seorang lelaki bertinggi sedang, berambut lurus. Dan aku juga telah melihat Malaikat Penjaga Neraka dan Dajjal” termasuk ayat yang telah diperlihatkan Allah kepada beliau. (maka janganlah kamu ragu tentang pertemuan dengannya (Musa). Surat As-Sajadah:23). (HR Bukhari).
8. Masjid Al-Aqsa Tempat bertolaknya Jama’ah Haji/Umrah
Hal ini berdasarkan hadits berikut :
مَنْ أَحْرَمَ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : “Barangsiapa berihram dari Baitul Maqdis Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu” (HR Ahmad dari Ummu Salamah isteri Rasulullah).
Maka, baik sekali, kalau berdasarkan hadits tentang anjuran yang sangat kuat untuk berziarah ke tiga masjid, yakni Masjidil Haram di Mekkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjid Al-Aqsa di Palestine.
Juga berdasar hadits ini, maka umat Islam jika melaksanakan haji atau umrah, dapat diteruskan dengan berziarah ke Masjid Al-Aqsa. Atau berdasarkan nash hadits ini, maka ziarah dulu ke Masjid Al-Aqsa, baru kemudian melaksanakan umrah/haji.
9. Masjid Al-Aqsha Tempat I’tikaf yang Utama
I’tikaf yang paling utama dilakukan oleh seorang Muslim adalah di salah satu dari tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha. Walaupun harus melakukan perjalanan ke sana.
Di dalam hadits disebutkan:
لاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ فِيْ هَذِهِ الْمَسَاجِدِ الثَّلاِثَةِ : مَسْجِدِ الْمَدِيْنَةِ وَمَسْجِدِ مَكَّةَ وَمَسْجِدِ إِيْلِيَا
Artinya: “Tidak ada i’tikaf (yang utama), kecuali di tiga masjid, Masjid Madinah (Masjid Nabawi), Masjid Makkah (Masjidil Haram), dan Masjid Iliya (Masjidil Aqsa)“. (HR Al-Baihaqiy dan Ath-Thabrany).
10. Masjid Al-Aqsa Tidak Akan Dimasuki Dajjal
Allah memberikan keutamaan kepada Masjid Al-Aqsa sebagaimana Makkah, Madinah, dan Bukit Tursina. Bahawa Dajjal tidak akan masuk ke tempat-tempat ini, sebagaimana beritakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dari Mujahid:
كُنَّا سِتَّ سِنِيْنَ عَلَيْنَا جُنَادَةُ بْنُ أَبِيْ أُمَيَّةَ, فَقَامَ فَخَطَبَنَا فَقَالَ: أَتَيْنَا رَجُلاً مِنْ اْلأِنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَدَخَلْنَا عَلَيْهِ فَقُلْنَا: حَدِّثْنَا مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَلاَ تُحَدِّثْنَا مَا سَمِعْتَ مِنْ النَّاسِ. فَشَدَدْنَا عَلَيْهِ فَقَالَ: قَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْنَا فَقَالَ: أَنْذَرْتُكُمُ الْمَسِيْحَ وَهُوَ مَمْسُوْحُ الْعَيْنَ –قَالَ: أَحْسَبُهُ قَالَ: اَلْيُسْرَى- يَسِيْرُ مَعَهُ جِبَالُ الْخُبْزِ وَأَنْهَارُ الْمَاءِ, عَلاَمَتُهُ: يَمْكُثُ فِي اْلأَرْضِ أَرْبَعِيْنَ صَبَاحًا. يَبْلُغُ سُلْطَانُهُ كُلَّ مَنْهَلٍ لاَ يَأْتِيْ أَرْبَعَةَ مَسَاجِدَ : اَلْكَعْبَةَ وَمَسْجِدِ الرَّسُوْلِ و الْمَسْجِدَ اْلأَقْصَى والطورَ. وَمَهْمَا كَانَ مِنْ ذَلِكَ فَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ بِأَعْوَرَ –وَقَالَ ابْنُ عَوْنٍ: وَأَحْسَبُهُ قَدْ قَالَ:-يُسَلَّطُ عَلَى رَجُلٍ فَيَقْتُلُهُ, ثُمَّ يُحْيِيْهِ وَلاَ يُسَلَّطُ عَلَى غَيْرِهِ
Artinya: “Selama enam tahun, kami di bawah pimpinan Junadah bin Abi Umayyah. Dia pernah berdiri memberikan khutbah kepada kami seraya berkata, “Kami pernah mendatangi seorang Anshar (Ubadah bin Shamit) dari kalangan sahabat Rasulullah. Kami pun masuk menemuinya seraya berkata, “Ceritakanlah kepada kami sesuatu yang pernah Anda dengar dari Rasulullah, jangan Anda ceritakan kepada kami sesuatu yang kau dengarkan dari orang-orang”. Lalu kamipun mendesaknya. Maka dia (Ubadah bin Shamith) berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berdiri di depan kami seraya bersabda, “Aku ingatkan kalian (bahaya) Al-Masih (Dajjal). Dia adalah seorang yang buta sebelah matanya. Rowi berkata, “Aku yakin ia bersabda,”yang kiri”. Akan berjalan bersamanya gunung-gunung roti, dan sungai air. Tandanya, ia akan tinggal di bumi selama 40 hari. Kekuasaannya akan mencapai semua tempat minum (telaga). Dia tak akan mendatangi empat masjid: Masjid Ka’bah, Masjid Rasul, Masjidil Aqsa, dan Thur (Thursina’). Apapun yang terjadi, ketahuilah bahwa Allah tidaklah buta sebelah. Ibnu Aun (rawi) berkata,”Aku yakin ia bersabda, ditundukkan baginya seorang laki-laki. Dajjal pun membunuhnya, lalu ia hidupkan, dan tidak ditundukkan selainnya“. (HR. Ahmad).
11. Masjid Al-Aqsa Diagungkan Nabi Musa AS
Salah satu sikap pengagungan Nabi Musa terhadap tanah Suci Masjid Al-Aqsa adalah dengan berdoa kepada Allah agar didekatkan dengan masjid tersebut saat kematiannya.
Di dalam hadits dikatakan:
فسأل الله أن يدنيه من الأرض المقدسة رمية بحجر ، فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم- فلو كنت ثَمَّ لأريتكم قبره إلى جانب الطريق، تحت الكثيب الأحمر
Artinya: “Nabi Musa memohon agar ia didekatkan dengan tanah suci (Baitul Maqdis) sedekat lemparan batu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Jika aku berada di sana, tentu akan aku tunjukkan kuburannya di sebuah tepian jalan di bawah bukit tanah merah.’” (HR Bukhari).
12. Masjid Al-Aqsa akan Dibebaskan
Di dalam hadits dari Auf bin Malik, ia berkata:
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ وَهُوَ فِي قُبَّةٍ مِنْ أَدَمٍ فَقَالَ اعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ مَوْتِي ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ثُمَّ مُوْتَانٌ يَأْخُذُ فِيكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَمِ ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ الْمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِينَارٍ فَيَظَلُّ سَاخِطًا ثُمَّ فِتْنَةٌ لَا يَبْقَى بَيْتٌ مِنْ الْعَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُونُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي الْأَصْفَرِ فَيَغْدِرُونَ فَيَأْتُونَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةً تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا
Artinya : Aku menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika terjadi Perang Tabuk saat sedang berada di khemah terbuat dari kulit yang disamak. Nabi bersabda, “Hitunglah enam perkara yang akan timbul menjelang hari Kiamat. Kematianku, dibebaskannya Baitul Maqdis, kematian yang menyerang kalian bagaikan penyakit yang menyerang kambing sehingga mati seketika, melimpahnya harta hingga ada seseorang yang diberi seratus dinar namun masih marah (merasa kurang), timbulnya fitnah sehingga tidak ada satu pun rumah orang Arab melainkan akan dimasukinya, dan perjanjian antara kalian dengan bangsa Bani Al-Ashfar (Eropah), lalu mereka mengkhianati perjanjian kemudian mereka mengepung kalian di bawah lapan bendera (panji-panji) perang yang pada setiap bendera terdiri dari dua belas ribu tentera.” (HR Bukhari).
13. Masjid Al-Aqsa bahagian dari Lokasi Padang Mahsyar
Kawasan Masjid Al-Aqsa atau Baitul Maqdis merupakan bahagian dari lokasi Padang Mahsyar.
Padang Mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia untuk proses hisab (perhitungan) setelah terjadinya Hari Kiamat.
Seperti disebutkan dalam hadits dari Maimunah binti Saad pembantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ia berkata,
يَا نَبِيَ الله أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ. فَقَالَ: أَرْضُ الْمَحْشَرِ وَالْمَنْشَرِ
Artinya: “Wahai Nabi Allah, berikan aku fatwa tentang Baitul Maqdis.” Rasulullah menjawab, “(Baitul Maqdis) adalah tempat Mahsyar (tempat berkumpulnya manusia untuk dihisab) dan Mansyar (tempat dibangkitkannya manusia setelah kematian).” (HR Ibnu Majah).
Comments